Catatan Kecil Bona - Dizaman ini, perkembangan teknologi begitu pesat, baik itu dari segi teknologi di kesehatan, luar angkasa, dan juga di dunia komputer. Dari perkembangan yang pesat itu tentu saja memunculkan berbagai hal positif dan juga hal negatif. Sebagai contoh adalah hal negatif dari perkembangan teknologi saat ini adalah terciptanya virus virus komputer yang berjuta ragamnya. Para pembuat virus tentunya tidak hanya iseng, atau tanpa tujuan dalam membuat satu virus itu. Berbagai tujuan tersembunyi yang ada.
Misalnya, seorang programer yang membuat virus untuk memasang iklannya, dengan cara menebarkannya di jaringan internet. Dan berbagai tujuan lainnya yang kita tidak tahu. Virus kini tidak hanya bisa merusak atau membunuh gadget mobile atau komputer di
rumah Anda.
Namun, dari sekian banyak virus, ada sebuah virus yang bernama
ransomware, yang telah memakan korban jiwa. Virus jenis baru bernama ransomware ini diklaim bakal membawa
kerugian sebenarnya bagi pengguna internet.
Menurut Wikipedia,
Ransomware adalah jenis malware yang membatasi akses ke sistem komputer yang menginfeksi, dan menuntut uang tebusan dibayarkan kepada pencipta (s) dari malware agar pembatasan yang akan dihapus. Beberapa bentuk file mengenkripsi ransomware pada hard drive sistem (pemerasan cryptoviral, ancaman awalnya dibayangkan oleh Adam Young dan Moti Yung), sementara beberapa mungkin hanya mengunci sistem dan menampilkan pesan yang dimaksudkan untuk membujuk pengguna untuk membayar.
Menurut pakar keamanan internet, Bogdan Botezatu, ransomware adalah ancaman terbesar yang menyerang konsumen internet global. Hal ini cukup ironis, sebab senjata utama dari virus ini adalah enkripsi atau teknologi yang awalnya dibuat untuk melindungi data konsumen.
Meskipun
awalnya populer di Rusia, penggunaan penipuan ransomware telah
berkembang secara internasional; Juni 2013, vendor perangkat
lunak keamanan McAfee merilis data yang menunjukkan bahwa itu telah
mengumpulkan lebih dari 250.000 sampel unik ransomware pada kuartal
pertama 2013-lebih dari dua kali lipat jumlah itu diperoleh pada kuartal
pertama 2012. CryptoLocker, cacing ransomware yang muncul pada akhir
2013, telah diperoleh sekitar US $ 3 juta sebelum diturunkan oleh
otoritas.
Ransomware muatan memanfaatkan unsur scareware untuk memeras uang dari pengguna sistem. Payload
mungkin, misalnya, tampilan menonjol ketika konon dikeluarkan oleh
perusahaan atau lembaga penegak hukum yang palsu mengklaim bahwa sistem
telah digunakan untuk kegiatan ilegal, atau berisi konten ilegal seperti
pornografi dan software bajakan atau media.
Beberapa ransomware
muatan meniru pemberitahuan aktivasi produk Windows XP, palsu mengklaim
bahwa instalasi Windows komputer mereka adalah palsu atau memerlukan
aktivasi ulang. Taktik ini membujuk pengguna untuk membayar penulis
malware untuk menghapus ransomware, baik dengan menyediakan program
yang dapat mendekripsi file, atau dengan mengirimkan kode buka yang Membatalkan perubahan muatan telah dibuat.
Pembayaran
ini sering disampaikan baik menggunakan wire transfer, pesan teks
premium-rate, melalui pembayaran layanan voucher online seperti
Ukash atau PaySafeCard, atau yang paling baru-baru ini,
mata uang digital Bitcoin.
"Cukup ironis melihat teknologi enkripsi yang diciptakan untuk membuat kita aman justru dipakai untuk menyerang kita," ujar Bogdan, Techradar, (17/03).
Virus berbasis enkripsi tersebut bila menyerang gadget tidak hanya melumpuhkannya tetapi juga menguncinya. Nah, untuk membuka 'gembok' yang menutup akses ke gadget itulah biasanya hacker yang mengirim ransomware akan meminta tebusan.
"Bila para hacker itu tidak masuk penjara terlebih dulu, hampir semua hacker pengirim ransomware akan meminta tebusan uang atau Bitcoin," lanjut Bogdan.
Bogdan menjelaskan bila setiap harinya ada 2000 ransomware baru yang dibuat oleh hacker. Celakanya, setiap ransomware diklaim unik dan berbeda satu sama lain. Alhasil, upaya pemberantasan virus ini lebih sulit dari jenis virus lain.
Untuk melindungi gadget dan PC dari serangan ransomware, Bogdan menyarankan pengguna selalu menginstal antivirus di smartphone, tablet, hingga laptop.
Bila hal itu terlambat dilakukan, hal buruk seperti kematian pun bisa mengintai. Bogdan mengatakan bila hingga saat ini sudah ada tiga orang yang meninggal akibat ransomware. Ketiganya dicurigai bunuh diri ketimbang menyerah pada tuntutan hacker.
Keyword : virus mematikan terbaru, virus sanggup membuat prustasi, virus membuat bunuh diri, mencuri data user, meminta tebusan bitcoin, virus komputer pembunuh manusia, vius pembunuh berbasis enkripsi, virus ciptaan hacker pembunuh manusia, virus komputer pemakan korban jiwa, virus paling membunuh, virus paling mengerikan, virus paling ditakuti, virus merusak sistem.